Sabtu, 25 Desember 2010

The Economics of Currency Redenomination



           Permasalahan ekonomi merupakan salah satu permasalahan krusial dalam sebuah negara maupun global. Di negara-negara berkembang saat ini mengambil sebuah kebijakan redenominasi sebagai salah satu langkah untuk mengatasi jatuhnya perekonomian di sebuah negara, Redenominasi ini merupakan sebuah proses pengurangan jumlah angka nol dalam nilai mata uang sebuah negara. Redenominasi memiliki berbagai variasi dalam pengurangan digitnya, dari pengurangan satu digit nol hingga sembilan digit nol dalam suatu nilai mata uangnya, seperti yang pernah terjadi di Afghanistan pada tahun 2002 dengan pengurangan tiga digit nol dalam nilai mata uangnya, di Turki yang sukses dalam menjalankan redenominasi ini dengan melakukan pengurangan enam digit nol dalam mata uang Liranya dan Yugoslavia yang memotong Sembilan digit nol dari mata uang Dinarnya selama redenominasi. Redenominasi ini juga dilakukan ketika negara-negara mengalami hyper-inflasi yang mengakibatkan nilai mata uang local sebuah negara mengalami penurunan seperti yang terjadi di Brazil, Argentina, dan Peru.
Tujuan dari redenominasi ini adalah untuk menstabilkan makroekonomi dan mengefisiensikan system transaksi. Tujuan lain dari redenominasi ini jugs adalah untuk menjamin adanya kepercayaan. Meningkatkan kepercayaan dapat meningkatkan pemilihan pemerintahan sebagai hadiah dari masyarakat karena telah meningkatkan perekonomian dan mendisiplinkan makroekonomi; dan redenominasi dapat meningkatkan prilaku pemerintah sebagai peminjam, sebagai wadah untuk investasi pribadi, dan sebagai pertahanan dalam nilai tukar di pasar modal global.
Agar lebih memahami permasalahan ini, kita akan melihat negara Nigeria dalam melakukan Redenominasi ini. Berdasarkan tujuan tersebut, Nigeria yang menginginkan permasalahan ekonominya teratasi ikut menerapkan redenominasi mata uang ini. Bank Sentral Nigeria mengurangi dua digit nol dari nilai mata uangnya dan membuat denominasi koin. Mereka membuat mata uang lamanya yaitu N100 menjadi N1 dan denominasi koinnya yaitu N1 menjadi N0,01 atau 1 Kobo. Bank Sentral Nigeria membuat N20 menjadi nilai mata uang terbesar dan 1 kobo menjadi nilai mata uang terkecil. Redenominasi tersebut dimulai pada 1 Agustus 2008. Dengan kebijakan tersebut Nigeria dapat menstabilkan nilai tukar, mengurangi inflasi, merubah perekonomian mikro, menciptakan koin yang akan memudahkan dalam transaksi ekonomi.
Dalam redenominasi ini tidak hanya terjadi pengurangan digit nol saja melainkan bisa dilakukannya penambahan digitnol pada nilai mata uangnya. Penambahan digit nol ini pernah terjadi di Afrika Selatan (1961), Sierra Leone (1964), Ghana (1965), Australia (1966), Bahama (1966), New Zealand (1967), Fiji (1969), Gambia (1971), Malawi (1971), dan Nigeria (1973). Penambahan digit nol ini dinamakan dengan Desimalisasi.
Pengurangan dan penambahan nilai mata uang ini berbeda dari revaluasi dan devaluasi. Revaluasi adalah perbaikan nilai mata uang nasional yang mengalami depresiasi melalui promosi ekspor dan mengendalikan impor. Sedangkan devaluasi merupakan penurunan nilai mata uang domestic terhadap mata uang asing. Dalam system nilai tukar kurs tetap, devaluasi merupakan tindakan resmi pemerintah untuk mengurangi nilai kurs mata uangnya terhadap mata uang asing atau emas. Dalam system nilai kurs bebas, devaluasi terjadi sejalan dengan mekanisme pasar nilai mata uang, dimana mata uang domestic mengalami penurunan terhadap mata uang asing tertentu.
Alasan utama sebuah negara melakukan redenominasi ini adalah karena adanya tekanan inflasi negaranya, efek psikologi, untuk mengontrol nilai mata uang dan politik nasionalnya.
1.      Tekanan Inflasi Negara
Redenominasi nilai mata uang ini terjadi bila suatu negara telah mengalami hyper-inflasi yang membuat nilai mata uang negaranya menjadi menurun terhadap mata uang negara lain. Hal ini dapat kita lihat di negara Turki yang pernah mengalami hyper-inflasi dimana sebuah botol air minum saja bisa seharga 300 ribu Turkish Lira dan GDP Turki pada 2002 lalu sebesar 273 quadrillion Tukish Lira. Begitu pula yang terjadi di Zimbabwe yang mengalami hyper-inflasi yang parah.

2.      Efek Psikologi
Factor ini merupakan factor umum yang membuat pemerintah melakukan redenominasi. Dengan merekonstruksikan Feel Good Effect dalam nilai mata uang dimana persepsi tersebut dapat meningkatkan nilai tukar dalam sebuah negara karena masyarakat selalu memulai tanpa sadar untuk menghubungkan redenominasi nilai tukar kepada revaluasi. Jadi redenominasi tidak hanya memfasilitasi transaksi ekonomi tetapi juga mempengaruhi identitas masyarakat dan kemudian melegitimasi pemerintahan nasionalnya.

3.      Mengontrol Nilai Mata Uang
Beberapa pemerintahan mengunakan kebijakan redenominasi ini sebagai langkah untuk meningkatkan kedaulatan moneter dan mengontrol kecenderungan perubahan nilai mata uang. Jika mayarakat tidak menggunakan nilai mata uangnya sendiri, maka mereka akan menggunakan nilai mata uang asing. Sehingga membuat inflasi dalam negaranya jika tidak di control.

4.      Politik Nasional
Menggunakan langkah redenominasi ini dapat meningkatkan kepercayaan secara penuh dalam politik nasional. Pemerintah selalu ingin untuk menekan inflansi hingga serendah-rendahnya demi pemulihan ekonomi karena mereka menginginkan terpilih kembali dalam pemilihan oleh masyarakat; mempengaruhi pasar internasional agar dapat membuat mereka membeli dengan murah dan mempengaruhi investasi asing sehingga dapat memfasilitasi pengeluaran pemerintah dan meningkatkan ekonomi domestic.

Jadi dilakukannya redenominasi nilai mata uang ini dipengaruhi oleh factor ekonomi dan politik. Dengan factor-faktor positif tersebut, Redenominasi merupakan salah satu langkah dalam mengatasi permasalahan ekonomi. Dengan begitu negara dapat menekan tingkat pengangguran yang besar, mengurangi kemiskinan, mengatasi ketidakamanan jiwa dan harta, mengatasi ketidakefisienan infrastruktur seperti energy dan transportasi, krisis pendidikan, rendahnya teknologi, dan lainnya.
            Dalam redenominasi ini juga terdapat beberapa keuntungan walaupun ada biaya dan resiko dalam penerapannya. Keuntungan terebut antara lain adalah:
  • Dengan adanya redenominasi ini akan lebih efisien dalam nilai mata uang dengan pengurangan digit nolnya
  • Memudahkan dalam transaksi bisnis karena menggunakan unit uang yang kecil,
  • Mengurangi beban uang tersebut bila membawanya seperti bila di dompet kita dulu membutuhkan uang kertas yang banyak, setelah redenominasi ini uang kertas yang dibawa akan sedikit dengan begitu dapat mengurangi resiko seperti diserang oleh perampok,
  • Masyarakat tidak akan dipusingkan dengan angka nol yang banyak,
  • Meningkatkan kepercayaan pada nilai mata uang,
  • Dapat mengurangi inflasi pada ekonomi jika terjadi hyper-inflasi dan penurunan nilai mata uang akan teratasi bila proses redenominasi berjalan dengan baik,
  • Dapat memudahkan dalam pembukuan dan mengurangi pekerjaan yang membosankan dalam transaksi, pembuatan laporan keuangan dan aktivitas bank.
Resiko dalam redenominasi ini terbagi ke dalam 4 faktor, yaitu :
  • Akan menyebabkan efek inflasi karena adanya pembulatan harga seperti bila harga sebuah barang adalah 1420 rupiah akan dibulatkan menjadi 1500 rupiah.
  • Membutuhkan biaya yang besar dalam perubahan harga pada label, perubahan hokum atau regulasi, biaya dalam pembuatan uang kertas baru dan koin baru, biaya dalam penarikan uang dan koin lama, biaya yang besar dalam sosialisasi masyarakat apalagi pada masyarakat di daerah pinggiran yang sulit mengakses informasi ini lewat media massa atau media elektronik dan buta huruf, mengubah software dan laporan akunting.
  • Adanya efek psikologi akan rendahnya pendapatan.
  • Biaya tambahan dalam ekonomi jika beberapa digit nol kembali bila inflasi.
Dengan melihat resiko tersebut, terdapat beberapa negara yang gagal seperti halnya yang terjadi di negara Latin Amerika, Brazil, Zimbabwe dan negara lainnya yang tidak efektif dalam perubahan ekonominya dan jauh dari stabilitas ekonomi sehingga redenominasi ini tidak dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi di negara-negara tersebut. Namun, menurut Ishiekwene (2007), redenominasi akan sukses dalam lingkungan stabilitas makroekonomi, berurangnya inflasi, nilai tukar yang stabil, pengendalian fiscal, dan kebijaksanaan dan dugaan rasional dalam kepercayaan kebijakan. Jadi, redenominasi ini murni pelaksanaan teknokrasi dimana memerlukan biaya yang nyata, melebihi biaya jangka pendek dalam membuat uang kertas baru dan sosialisasi kepada masyarakat dan pasar financial.

Financial and Accounting Impact of Redenomination
Secara umum, redenominasi ini tidak berdampak secara langsung pada ekonomi. Ketika nilai mata uang stabil dan kekuatan pembayaran juga sama, dampak nyata kepada ekonomi mikro dan makro akan tidak terjadi, permintaan dan penawaran barang dan jasa tidak akan berubah, keuntungan investasi, mengurangi pengeluaran pemerintah, keseimbangan pembayaran dan keuntungan dalam ekspor.
Redenominasi ini dapat meningkatkan capital inflow. Investor asing dapat sepenuhnya percaya pada iklim investasi pada suatu negara dan akan mendorong kepada pemasukan uang kepada pasar modal yang akan mengurangi tingkat inflasi dan meningkatkan kebijakan makroekonomi.
Pada bidang akunting, redenominasi ini dapat mengurangi waktu dalam memasukkan data financial dan memudahkan dalam mereviewnya kembali. Dengan begitu, laporan bisnis dan akunting yang dahulu datanya menggunakan benyak digit nol dan kini dikurangi beberapa digit nolnya akan semakin efisien dalam mengatur informasi keuangan. Ditambah lagi, akan mengurangi biaya dalam proses bisnis dan prosedurnya.

Conclusion
Secara umum, redenominasi ini terjadi di beberapa negara. Namun ada negara yang berhasil dan yang gagal dalam menerapkan redenominasi ini. Negara yang berhasil seperti Turki dapat dengan mudah meningkatkan perekonomiannya walaupun sebelumnya teah mengalami hyper-inflasi. Sedangkan negara yang gagal dalam melakukan redenominasi ini akan terus dilnda hyper-inflasi yang akan memperparah perekonomiannya.
Agar dapat berhasil dalam melakukan redenominasi ini pemerintah harus disiplin dalam prosesnya, focus dalam mengurangi inflasi, meningkatkan produksi, mempromosikan barang-barang ekspor sehingga dapat meningkatkan keuntungan, meluaskan lowongan pekerjaan, dan posisi Balance of payment yang baik. Dengan begitu, sebuah negara akan dapat sukses dalam menjalankan redenominasinya.